Rabu, 07 Oktober 2015

Proses Proses kewirausahaan



BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang
Saat ini Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 220 juta jiwa membutuhkan sedikitnya 4,4 juta jiwa wirausaha, namun jumlah wirausaha yang ada mencapai 400 ribu jiwa atau kurang dari 1% populasi penduduk Indonesia, sementara menurut David McClelland bahwa sebuah negara baru bisa maju jika  jumlah wirausaha terdapat sebesar 2% dari populasi penduduknya. Amerika Serikat misalnya, memiliki wirausaha 11,5% dari populasi penduduknya. Sedangkan negara tetangga Singapura terdapat sekitar 7,2% warganya bekerja sebagari wirausaha, sehingga negara kecil itu jauh lebih maju. Untuk menciptakan 4,4 juta jiwa wirausaha di Indonesia, paling tidak dibutuhkan waktu sedikitnya 25 tahun. Jika melihat jumlah kebutuhan wirausaha baru untuk memposisikan Indonesia sebagai negara maju dan estimasi waktu yang cukup lama untuk mencapainya, maka saat ini perlu segera diupayakan langkah-langkah agar jumlah wirausaha baru dapat bertambah dengan waktu pencapaian yang relatif singkat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan dengan penciptaan wirausaha baru yang  berasal dari lulusan perguruan tinggi. Hanya saja, data dan fakta telah membuktikan bahwa terdapat kecenderungan bahwa umumnya mahasiswa yang saat ini menempuh pendidikan di perguruan tinggi menginginkan pekerjaan yang mapan setelah mereka lulus menjadi sarjana. Fenomena membludaknya pendaftar ketika pemerintah membuka pendaftaran pegawai negeri sipil (PNS) dalam setiap tahun sebagai salah satu indikator. Meskipun setiap tahun pemerintah membuka  pendaftaran, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar dari mereka yang mendaftar mengalami kekecewaan karena tidak berhasil lulus. Peluang untuk menjadi PNS semakin kecil lagi setelah pemerintah memutuskan  penundaan sementara (moratorium) tambahan formasi untuk penerimaan PNS sejak 1 September 2011 hingga 31 Desember 2012. Keterbatasan terserapnya lulusan perguruan tinggi di sektor pemerintah menyebabkan perhatian beralih  pada peluang bekerja pada sektor swasta, namun beratnya persyaratan yang ditetapkan kadang membuat peluang untuk bekerja di sektor swasta juga semakin terbatas. Sehingga sebagian lulusan akademisi berpeluang untuk menjadi  pengangguran, karena itu dibutuhkan orang yang memiliki kemauan yang tinggi untuk dapat mendirikan usahanya sendiri sehingga mampu menyerap tenaga kerja di negara ini dalam hal ini seorang wirausahawan.

2.Rumusan Masalah
a)Bagaimana proses-proses menjadi seorang wirausahawan?

3.Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini yakni menjelaskan  beberapa permasalahan tentang kewirausahaan untuk  menjelaskan bagaimana proses kewirausahaan.
Berdasarkan tujuan yang telah diambil maka makalah ini dapat memberi  beberapa kegunaan yakni  dapat menjadi sumber referensi bagi siapa saja yang nantinya akan membutuhkan materi tentang kewirausahaan. Memberikan motivasi bagi mahasiswa agar mau berwirausaha.. Mahasiswa juga dapat mengetahui bagaimana proses dari kewirausahaan yang baik dan benar.


BAB II
PEMBAHASAN
1.Proses-proses Kewirausahaan
Untuk memulai suatu usaha banyak cerita yang dapat kita ambil hikmahnya.Seringkali kita kagum menyaksikan kesuksesan seorang pengusaha.Kadang-kadang kita tidak tahu proses keberhasilan pengusaha tersebut.Namun,jika kita telaah lika-liku sebelum sukses menjadi pengusaha banyak cerita suka-duka di belakang kesuksesannya.Tidak sedikit cerita yang menyedihkan dibalik sukses yang di raih oleh pengusaha tersebut. Ada pengusaha yang memulai usahanya dari nol dengan tertataih-tatih. Bahkan, seringkali pengusaha tersebut menderita kerugian dan nyaris bangkrut.Namun,karena keberanian,kesabaran,ketekunan ,dan kepandaiannya mengelola usaha dari waktu ke waktu selama bertahun-tahun,dan akhirnya berhasil.
Dari hasil penelitian di lapangan,terdapat lima sebab atau cara seseorang untuk memulai/ merintis usahanya, yaitu:
a.Faktor keluarga pengusaha
Artinya seseorang memulai usaha karena keluarga mereka sudah memiliki usaha sebelumnya.
b.Sengaja terjun menjadi pengusaha
Artinya seseorag dengan sengaja mendirikan usaha.Biasanya mereka belajar dari kesuksesan orang lain.
c.Kerja sampingan/iseng
Melakukan usaha dengan tidak sengaja,atau sebagai usaha sampingan untuk tambahan kegiatan.
d.Coba-coba
Usaha ini cukup banyak dilakukan dan juga menuai kesuksesan.Usaha ini biasanya dilakukan oleh mereka yang belum memiliki pengalaman, yang kesulitan mencari pekerjaan atau mereka yang baru terkena pemutusan hubungan kerja(PHK).
e.Terpaksa
Factor ini jarang terjadi,namun berdasarkan hasil penelitian ternyata ada beberapa kewirausahamwan yang berhasil karena keterpaksaan

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memulai usaha, baik secara berkelompok maupun perorangan.Cara memulai usaha yang lazim dilakukan:
a.Mendirikan usaha baru
Artinya seseorang memulai usaha dengan mendirikan perusahaan yang baru.Dlam hal ini,yang harus dilakukan adalah mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan badan usaha.
b.Membeli perusahaan
Dilakukan dengan cara membeli perusahaan yang sudah ada atau yang sudah berjalan sebelumnya.
c.Kerjasama manajemen dengan system waralaba(Franchising)
Model ini dikembangkan dengan memakai nama dan manajemen perusahaan lain.Perusahaan pemilik nama disebut sebagai Perusahaan Induk(franchisor) dan perusahaan yang menggunakan disebut franchise.Dukungan manajemen yang diberikan oleh franchisor yang berupa:
•Pemulihan lokasi usaha;
•Bentuk bangunan;
•Lay out gedung dan ruangan;
•Peralatan yang diperlukan;
•Pemilihan karyawan;
•Penentuan atau penyediaan bahan baku atau produk;dan
•Iklan bersama.
Cara seperti ini sudah dilakukan oleh McDonald, Indomart, Rumah Makan Sederhana,dan lain-lain.
d.Mengembangkan usaha yang sudah ada
Artinya, pengusaha melakukan pengembangan atas usaha yang sudah ada sebelumnya, baik pengembangan berupa cabang ataupun penambahan kapasitas yang lebih besar. Biasanya kegiatan seperti ini dilakukan perusahaan keluarga.
 Adapun secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha yaitu:
1.Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi (yaitu pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor), atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.
2.Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3.Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi
4.Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

     Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembangan menajdi kewirausahaan melalui proses yang dipengrauhi lingkungan, organisasi dan keluarga (Suryana, 2001 : 34).

Secara ringkas, model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007 : 10 – 12) :
1.    proses inovasi
2.    proses pemicu
3.    proses pelaksanaan
4.    proses pertumbuhan

Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :
•mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan
•pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana
•SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
•kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha
•organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki
•kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial (POAC)
•Pemasaran : lokasi dan tempat usaha

Dari beberapa pendapat tentang tahap-tahap untuk menjadi wirausahawan yang berhasil,seorang wirausahawan harus memiliki kemamapuan yang kreatif dan inovatif dalam menemukan dan menciptakan berbagai ide. Setiap pikiran dan lamgkah wirausahawan adalah bisnis yang maju dan sukses .Bahkan, mimpi seorang pebisnis  merupakan ide untuk berkreasi dalam menemukan dan menciptakan bisnis-bisnis baru. Disamping itu,peran wirausahawan sangat dibutuhkan dalam kemajuan dan keberhasilan Negara ini dalam bidang pembangunan, kita sebagai warga negara prihatin dengan rendahnya minat menjadi wirausaha di kalangan pemuda-pemuda bangsa kita,sekarang inilah pada waktu yang tepat untuk mendorong kalangan-kalangan pelajar maupun mahasiswa untuk mulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha,yaitu dengan cara-cara berikut:
a. Dengan mengkaji-mengkaji aspek tentang perekonomian agar selalu mengerti     perkembangan-perkembangan yang terjadi.
b. Mengubah pola pikir
c. Menanamkan rasa optimisme,keberanian,kejujuran,dan tanggung jawab
d.Memiliki etika dan moral
Jadi dengan melakukan pergerakan-pergerakan dalam kalangan-kalangan muda seperti mahasiswa,kita juga sebagai masyarakat bangsa tercinta ini  ikut mendukung agar terciptanya masyarakat yang sejahtera sesuai dengan bunyi yang ada dalam landasan idil Negara tercinta ini.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari penalaran diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses, harus melalui beberapa usaha-usaha untuk memulai menjadi wirausahawan yang sukses dan meskipun dibalik semua itu tidaklah selalu berjalan dengan mulus.Bahkan,seringkali mengalami kerugian-kerugian yang bahkan nyaris bangkrut.Namun, dibalik semua itu jika ada keberanian,kesabaran,ketekunan, dan kepandaiannya mengelola usaha dari waktu ke waktu dan tanpa kenal lelah semua itu akan menjadi sebuah keberhasilan.

B.    SARAN
Kami sebagai penulis mengharapkan semoga karya ilmiyah yang kami kerjakan ini menjadi bermanfaat bagi kami, khususnya bagi pembaca.Penulis juga menyadari keterbatasan gagasan yang kami miliki.Untuk itu, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan untuk mengevaluasi kembali kekurangan dalam karya ilmiyah yang kami susun ini

DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. 2007.Kewirausahaan.PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta
Kasmir dan Jakfar.Studi kelayakan Bisnis.Edisi kedua.Jakarta:Predana Media,2004
http://kewirausahaan.blogspot.co.id/2012/07/tahap-tahap kewirausahaan.html?m=12.20.35

Konsep Konsep Dasar Kewirausahaan


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukurillah, atas segala karunia yang telah diberikan oleh Allah swt kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “ Kewirausahaan “. Sholawat dan salam tercurahkan kepada nabi Muhammad saw yang telah mengantarkan kita kepada zaman keilmuan sekarang ini.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Kewirausahaan “ di Universitas Hasyim Asy’ari  pada  awal semester. Harapan  kami sebagai penullis makalah dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk kita semua sekaligus sebagai penyemangat menjadi mahasiswa yang berjiwa wirausaha dan pekerja keras.
Akan tetapi, penulis menyadari bahwa masih banyak memiliki kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga masih perlu bimbingan, kritik dan saran untuk kedepan agar lebih baik.
Akhir kata, kami penulis mengucapkan terimakasih pada kelompok 1 atas partisipasinya dalam pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan bisa bermanfa’at untuk semuanya.

Jombang,                September  2015


BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Dalam hidup ini, kita tidak terlepas dari yang namanya usaha. Setiap orang dalam hidup selalu membutuhkan berbagai kebutuhan mulai dari kebutuhan primer, sekunder, maupun kebutuhan tersier. Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan itu, manusia bisa melakukan berbagai kreatifitas untuk menghasilkan karya.
Kita sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang hidup bersama dengan masyarakat dalam lingkup negara, tidak lepas dari kata “ usaha “ dan “ kerja keras “ dimana keduanya merupakan ruang lingkup yang ada dalam materi “ kewirausahaan “.
Konsep kewirausahaan tidak lepas dari faktor sumber daya manusia, sumber daya alam, dan tenaga kerja. Ketiga komponen tersebut akan dibahas dalam mata kuliah” Kewirausahaan “.
Tanpa ketiga komponen tersebut, dalam usaha sangatlah tidak mungkin. Maka dari itu, sebagai makhluk sosial yang selalu butuh untuk memenuhi kelengkapan hidupnya tidaklah pantas bila mencemari sumber daya yang ada.

1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
a.Apa definisi kewirausahaan ?
b.Bagaimana peran dan fungsi kewirausahaan ?
c.Apakah hubungan antra ilmu kewirausahaan dengan wirausahawan ?
d.Apa manfaat mempelajari kewirausahaan?

1.3Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.Untuk mengetahui tentang arti kewirausahaan
b.Untuk mengetahui peran dan fungsi sebuah kewirausahaan
c.Untuk mengetahui hubungan antara ilmu kewirausahaan dengan wirusahawan
d.Untuk mengetahui manfaat dalam mempelajari kewirausahaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Definisi Kewirausahaan
Enterpreteneur berasal dari bahasa perancis yaitu entreprendre yang artinya memulai atau melaksanakan.
Wiraswasta/ wirausaha berasal dari kata :
•Wira: Utama, gagah berani, dan luhur
•Swa: Sendiri
•Sta: Berdiri
•Usaha: kegiatan produktif
Kewirausahaan adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan semangat kreatifitas serta berani menanggung resiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan hasil karya tersebut.
Menurut Thomas W.Zimmerer dan Norman M. Scarbrough wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidak pastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.
 Hisrich, Peters, dan Sheperd mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi.
Mereka yang menghargai proses adalah cenderung memiliki kesabaran, dan seorang wirausahawan sejati memiliki kesabaran dalam menjalani setiap proses menuju keberhasilan tersebut. Sehingga jika ada pendapat bahwa kegagalan adalah awal dari kesuksesan maka kata-kata ini dipegang teguh oleh seorang wirausahawan. Tanpa ada kegagalan maka sulit bagi seorang mengetahui dimana kelemahan yang dimiliki. Kadang kala kita kita perlu belajar dari kesalahan, dan manusia diajarkan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dikemudian hari, maka artinya ia tidak belajar dari pengalaman atau menyia-nyiakan pengalaman.
Dan lebih jauh setiap kesalahan atau kegagalan harus dipelajari apa penyebab semua itu terjadi. Karena dengan mempelajari setiap kesalahan atau kegagalan tersebut maka ilmu baru terus akan diperoleh. Sehingga sangat salah jika seseorang terus melangkah kedepan dengan melupakan kesalahan yang ada, tanpa mempedulikan apa penyebab itu telah terjadi. Kesempurnaan sebuah produk pada saat produk tersebut diciptakan lebih baik dari produk sebelumnya. Kata-kata seperti ini menjadi kunci keberhasilan seorang wirausahawan.  Lebih jauh kita perlu memahami pengertian dari wiraswasta yang memiliki hubungan dekat dengan istilah wirausahawan.

2.2Peran dan Fungsi Kewirausahaan
Ada beberapa peran dan fungsi keberadaan atau pengaruh ilmu kewirausahaan dalam mendukung arah pengembangan wirausahawan, yaitu antara lain :
1.Mampu memberi pengaruh semangat atau motivasi pada diri seseorang untuk bisa melakukan sesuatu yang selama ini sulit untuk ia wujudkan namun menjadi kenyataan.
2.Ilmu kewirausahaan memiliki peran dan fungsi untuk mengarahkan seseorang bekerja secara lebih teratur serta sistematis dan juga terfokus dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.
3.Mampu memberi inspirasi pada banyak orang bahwa setiap menemukan masalah, maka disana akan ditemukan peluang bisnis untuk dikembangkan. Artinya setiap orang diajarkan untuk membentuk semangat “ solving problem”
4.Nilai positif yang tertinggi dari peran dan fungsi ilmu kewirausahaan pada saat dipraktikan oleh banyak orang maka angka pengangguran akan terjadi penurunan. Dan ini bisa memperingan beban negara dalam usaha menciptakan lapangan pekerjaan.


2.3Hubungan Antara Ilmu Kewirausahaan dengan Wirausahawan
Seorang wirausahawan tidak akan bisa menjadi besar jika ia membangun dan mengembangkan usaha hanya secara praktis. Untuk menuju kesuksesan secara umum kita membutuhkan dua hal yaitu:
•Reference yaitu rujukan yang bersumber dari media cetak dan elektronik serta pendapat para ahli
•Experience yaitu pengalaman yang kita peroleh selama menjalankan usaha
Seorang wirausahawan memang selalu berfikir untuk melihat peluang. Tapi ada yang harus diingat oleh seorang wirausahawan ketika ia suatu saat berhasil menjadi pengusaha sukses.Bahwa jika selama ini ia bertanggung jawab untuk memajukan bisnisnya maka suatu saat ia juga bertanggungjawab untuk memajukan perekonomian Negara Indonesia secara keseluruhan. Karena seperti pepatah “ seiring datangnya kekuatan besar maka datang pula tanggung jawab besar “.


2.4  Manfaat mempelajari kewirausahaan
Manfaat mempelajari kewirausahaan akan memberikan kita pilihan karir untuk berperan menjadi :
1.Wirausahawan (entrepreneurs )
2.Wiramanajer ( intrapreneus )
3.Wirakaryawan ( innopreneur )
4.Ultramanajer ( ultrapreneur )
5.Pendidik / Pemikir
Jika wirausahawan adalah orang yang menjalankan usahanya sendiri, wiramanajer adalah orang yang memiliki kemampuan sebagai wirausahawan tetapi tidak menjalankan usaha sendiri melainkan memjalankan usaha atau memimpin usaha orang lain. Wirakaryawan adalah para karyawan yang memiliki kemampuan sebagai wirausahawan tetapi karna sebab sebab tertentu mereka memilih untuk bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Ultramanajer adalah orang yang memiliki kememouan untuk membuka bidang usaha baru diberbagai tempat dengan pendekatan yang inovatif. Pendidik atau Pemikir adalah orang-orang yang mempelajari kewirausahaan untuk kepentingan pendidikan atau menganalisis sesuatu yang membutuhkan pengetahuan tentang kewirausahaan.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Inti dari kewirausahaan adalah pengambilan resiko, menjalankan usaha sendiri, memenfaatkan peluang-peluang, menciptakan usaha baru, pendekatan yang inovatif dan mandiri.
Bagi yang ingin mempelajari kewirausahaan janganlah berpedoman pada kata bakat yang penting memiliki minat dan motifasi yang kuat untuk belajar usaha. Tetapi, untuk menjadi wirausahawan yang berhasil juga harus memiliki bakat yang selanjutnya dibentuk melalui suatu pendidikan atau pelatihan, dan hidup dilingkungan yang berhubungan dengan usaha.


DAFTAR  PUSTAKA

Fahmi, Irham. Kewirausahaan.Jakarta:CV Al

Selasa, 06 Oktober 2015

PANCASILA sebagai DASAR NEGARA

KATA PENGANTAR

        Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT yang maha kuasa atas limpahan karunia – Nya kami dapat menjalankan tugas untuk membuat makalah sebagai pola ukur akademik. Sholawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah saw yang telah menuntun kita ke zaman keilmuan sekarang ini.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah pancasila di awal semester ini dengan tema “ Pancasila Sebagai Dasar Negara ” .
Dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna maka dari itu kami menerima kritik dan saran agar lebih baik.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfa’at untuk semuanya sebagai penambahan wawasan dan pengetahuan.
Akhir kata , kami mengucapkan terimakasih kepada kelompok 1 atas kerjasama dan partisipasinya dalam pembuatan makalah ini.




BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
      Pancasila adalah pedoman hidup bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan sehari- hari. Dengan dasar negara kehidupan suatu bangsa menjadi lebih tertata dan teratur sehingga dapat mencapai kemakmuran suatu negara tersebut.
Agar dapat mempelajari filsafat pancasila, kita harus mempunyai modal berupa filsafat. Maka dari itu, adanya materi tentang pendakatan filsafat pancasila bertujuan untuk menjembatani agar kita mudah dalam memahaminya.
Makna dan pengamalan pancasila sangatlah erat kaitannya dalam mempertahankan pancasila sebagai ideologi negara. Oleh karena itu, kita wajib untuk mempelajari sekaligus melaksanakan nilai – nilai yang terkandung didalamnya.
       Penulis menggunakan metode kepustakaan dan observasi. Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah
      Rumusan masalah pada penyusunan makalah, ialah sebagai berikut:
1.Bagaimana pancasila dalam pendekatan filsafat?
2.Bagaimana makna pancasila sebagai dasar negara dan pengamalannya?
3.Bagaimana caranya untuk mengimplementasikan pancasila sebagai dasar negara?



BAB II 
PEMBAHASAN


2.1 Pancasila dalam pendekatan filsafat
2.1.1 Pengertian filsafat
         Kata dan istilah filsafat didalam bahasa Arab adalah Falsafah. Secara etimologi kata filsafat bersal dari basasa Yunani philosophia, yang terdiri atas 2 suku kata philein yang artinya cinta dan sophia artinya kebijaksanaan. Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar- kobar atau yang sungguh- sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Filsafat secara umum dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran.
Sumber dari filsafat yang ada di dunia ini sesuai dengan istilahnya adalah manusia, dalam hal ini akal dan pikiran manusia yang sehat, yang berusaha keras dengan sungguh- sungguh untuk mencari kebenaran dan akhirnya mendekati kebenaran. Oleh karena itu manusia adalah makhluk Tuhan, meskipun manusia itu tinggi martabatnya,akan tetapi tidak sempurna. Maka kebenaran yang dicapai oleh akal pikiran manusia tidak sempurna adanya.          Bila dikaji kebenarannya itu relatif sifatnya, karena apa yang di anggap benar pada masa sekarang, mungkin pada masa mendatang hal itu tidak benar lagi. Bukan berarti bahwa setaiap pemikiran setiap manusia salah. Hasil pemikiran manusia itu kebenarannya tidak mutlak. Jadi kebenaran mutlak adalah ditangan Tuhan Yang Maha Esa. Mencari kebenaran dan tidak memiliki kebenaran itulah tujuan filsafat, akhirnya mendekati  kebenaran sebagai kesungguhan.

2.1.2 Fungsi Filsafat
         Berdasarkan sejarah kelahirannya, filsafat mula- mula berfungsi sebagai induk atu ibu ilmu pengetahuan. Pada waktu itu belum ada ilmu pengetahuan lain, sehingga filsafat harus menjawab segala macam hal. Kemudian karena perkembangan keadaan dan masyarakat, banyak problem yang tidak dapat dijawab lagi oleh filsafat. Lahirlah ilmu pengetahuan yang sanggup memberi jawaban terhadap problem-problem tersebut. Ilmu pengetahuan tersebut terpecah-pecah lagi menjadi lebih khusus . Demikianlah lahir berbagai disiplin ilmu dengan kekhusususannya masing-masing. Spesialisasi terjadi sedemikian rupa sehingga hubungan antara cabang dan ranting ilmu pengetahuan sangat kompleks. Hubungan-hubungan tersebut ada yang masih dekat tetapi ada pula yang telah jauh. Jika ilmu pengetahuan tersesbut terus berusaha untuk memperdalam dirinya diri akhirnya akan sampai pada filsafat. Sehubungan dengan keadaan tersebut filsafat dapat berfungsi sebagai interdisipliner sistem. Filsafat dapat berfungsi menghubungkan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah kompleks tersebut.
Berfilsafat mengajak manusia bersikap arif, berwawasan luas terhadap berbagai masalah yang dihadapi. Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam mrenghadapi permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan lainnya yang lebih rasional, arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan.

2.1.3 Pancasila dalam pendekatan filsafat
         Filsafat sebagai metode menunjukan cara berfikir dan mengadakan analisis yang dapat dipertanggung jawabkan untuk dapat menjabarkan ideologi pancasila. Pendekatan filsafat tentang Pancasila berarti berusaha untuk memahami Pancasila dengan menggunakan filsafat sebagai alatnya. Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam dan mendasar, kita harus mengetahui sila-sila yang membentuk Pancasila. Rumusan Pancasila sebagaimana terdapat dalam pembukaan UUD 1945 Alenia IV adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi  seluruh rakyat Indonesia

         Kelima sila dari Pancasila tersebut mengandung nilai. Nilai-nilai yang terkandung dari Pancasila tersebut adalah:
1. Nilai Ketuhanan
2. Nilai Kemanusiaan
3. Nilai Persatuan
4. Nilai Kerakyatan
5. Nilai Keadilan

         Nilai itu selanjutnya menjadi sumber nilai bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara Indonesia. Hakikat dan pokok-pokok yang terkandung didalamnya, yaitu sebagai berikut:
Secara filosofis dalam kehidupan bangsa Indonesia diakui bahwa nilai Pancasila adalah pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan berbuat dalam segala bidang kehidupan, meliputi bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan dan keamaanaan.
Sebagai ajaran filsafat, Pancasila mencerminkan nilai dan pandangaan dasar dan hakiki rakyat dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan yakni Tuhan Yang Maha Pencipta.
Dasar normatif yang dapat kita sebut filsafat negara diperlukan sebagai kerangka untuk menyelenggaerakan negara. Falsafah negara merupakan norma yang paling mendasar untuk mencek apakah kebijakan legislatitf dan eksekutif sesuai dengan persetujuan dsar masyararakat.

2.2 Pancasila sebagai dasar negara
      Dasar negara Indonesia, dalam pengertian historisnya merupakan hasil pergumulan pemikiran para pendiri negara (The Founding Fathers) untuk menemukan landasan atau pijakan yang kokoh untuk di atasnya didirikan negara Indonesia merdeka. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945, yang dengan jels menyatakan: “..., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia itu dalam suatu susunan negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada...”(cetak tebal dari penulis).
Fungsi pokok Pancasila, adalah sebagai dasar negara, sesuai dengan pembukaan UUD 1945, dan yang pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1996 (jo Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978).

2.3 Implementasi Pancasila
      Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, dasar negara republik indonesia, dan sebagai ideologi nasional. Seluruh warga negara kesatuan republik indonesia sudah seharusnya mengetahui, mempelajari, mendalami dan mengembangkannya serta mengamalkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kemampuan masing-masing individu. Yang paling penting kita sebagai warga negara indonesia seharusnya bangga terhadap bangsa sendiri. Dengan merealisasikan sebuah teori atau pengertian dari pancasila tersebut sehingga adanya penerapan pancasila oleh diri kita didalam masyarakat, bangsa dan negara, kita dapat mengetahui hal-hal yang sebelumnya kita tidak tau menjadi tau. Pancasila juga merupakan pandangan hidup kita didalam bermasyarakat. Pancasila telah ada dari dulu dalam segala bentuk kehidupan rakyat indonesia, terkecuali bagi mereka yang tidak pancasialis. Dalam hal ini pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, pancasila digunakan untuk petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas kehidupan dalam bermasyarakat disegala bidang. Semua tingkah laku dan perbuatan setiap warga indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila yang ada dalam pancasila tersebut. Pada zaman reformasi saat ini pengimplementasikan pancasila sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karna didalam pancasila terkandung nilai luhur bangsa indonesia yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Selain itu, dizaman gloibalisasi begitu cepat menjangkau seluruh dunia termasuk negara indonesia. Gelombang demokrasi dan globalisme telah memasuki cara pandang dan cara berpikir masyarakat indonesia untuk menjadikan pancasila menjadi tidak ada implementasi dalam masyarakat. Implementasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat pada hakikatnya merupakan suatu realisasi praktis untuk mencapai tujuan bangsa.

BAB III
PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
      Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pancasila sebagai dasar negara  wajib dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Dalam pendekatan filsafat pancasila ditujukan untuk menjabarkan ideologi pancasila dan menemukan kebenaran dalam sejarah pancasila dan juga  untuk  mencerminkan nilai dan pandangaan dasar dan hakiki rakyat     dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan yakni Tuhan Yang Maha Pencipta.
3. Pengimplementasian pancasila ditujukan untuk mencapai tujuan suatu bangsa dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam pancasila.
4. Sebagai warga negara Indonesia yang berasaskan pancasila maka kita wajib menjunjung tingggi nilai–nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat.


DAFTAR PUSTAKA
Sunoto, 1987, Filsafat Pancasila, PT. HANINDITA GRAHA WIDYA, Yogyakarta
Budiono, Kabul, H.2010, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, PT. Alfa Beta,     Bandung.
Syahar, H.Syaidus, 1975, Pancasila Sebagai Paham Kemasyarakatan Dan Kenegaraan Indonesia, Alumni, Bandung.
Kaelan, 2003, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.


Selamat Belajar Kawand- kawand.....




Diposkan Oleh: Wulantika
Makalah oleh Kelompok 1

IDENTITAS NASIONAL


                                                                  BAB I
                                                         PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
     Sebagai makhluk sosial, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dan berkelompok dengan sesamanya, serta mendiami suatu daera tertentu, sekelompok manusia yang hidup bersama disebut masyarakat. Masyarakat-masyarakat yang mempunyai perbedaan dalam hal ras, suku, watak dan agama akan berkumpul bersama dalam tempt tertentu akan membentuk suatu negara.
Tempat dari suatu negaara itu tinggal disebut negara. Dalam negara itu juga, perilaku suatu bangsa harus diatur atau dalam hal ini bangsa harus tunduk pada aturan yang berlaku di negara yang ditempati.
Seperti yang dijelaskan diatas, sebuah bangsa terdiri dari beragam masyarakat. Karena perbedaan ini pula, tidak jarang terjadi konflik yang memicu perpecahan antar masyarakat dalam bangsa padda suatu negara. Perpecahan dalam suatu bangsa ini dapat diselesaikan dengan integrasi nasional. Tetapi dalam kenyataannya, masyarakat indonesia saat ini masih belum bisa menerapkan integritas nasional dalam menghadapi masalah-masalah bangsa yang memicu perpecahan.
     Oleh sebab itu, penulis membuat makalah yang berjudul “Identitas Nasional”. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih bisa memahami tentang hakikat bangsa dan negara, serta pentingnya integritas nasional dalam mengatasi masalah yang memicu perpecahan.

B.Rumusan Masalah.
    a)Apa yang di maksud dengan hakikat bangsa dan negara?
    b)Apa pengertian identitas nasional indonesia?

C.Tujuan
    a)Untuk mengetahui pengertian dari hakikat negara dan hakikat bangsa.
    b)Untuk mengetahui identitas nasional indonesia.

                                                                BAB II                                                                                                
                                                          PEMBAHASAN


A. HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA

1. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
    Kata manusia berasal dari kata manu (sansekerta), atau mens (latin) yang berarti berfikir berakal budi, atau homo yang berarti seorang yang dilahirkan dari tanah, humus = tanah. Pengertiaan etimologis tentang manusia, dapat memberi petunjuk tentang hakikat manusia. Disitu pihak manusia adalah makhluk bumi seperti manusia lainnya, di lain pihak manusia melampaui cakrawala bumi dan mencita-citakan dunia yang luhur. Hal prinsip yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia secara kodrati telah dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya bumi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan derajat paling tinggi diantara ciptaan-ciptaan yang lainnya.
    Manusia sebagai makhluk individu, terdiri dari unsur jasmani dan rohani yang merupakan satu-kesatuan, jiwa dan raga yang membentuk individu,telah dibekali potensi atau kemampuaan (akal, pikiran, dan keyakinan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya, setiap manusia senantiasa akan berusaha menggembangkan kemampuan kepribadianya guna memenuhi berbagai kebutuhan dan mempertahankan hidupnya (survival).
a. Akal dan pikiran manusia, dapat digunakan untuk menakhlukan alam dan makhluk lain serta sekaligus dapat dimanfaatkan untuk memenui kebutuhan hidupnya. Contoh manusia dapat menggunakan tenaga kerbau, sapi, atau kuda untuk menggangkut barang. manusia dapat melakukan inovasi dalam bidang ilmu penggetahuan, teknologi informasi, komunikasi dan sebagainya.
b. Perasaan dan keyakinan manusia, merupakan anugerah dari Tuhan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya sehingga manusia dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. Dengan perasaan dan kenyakinan, manusia dapat berhubungan dengan dimensi moral dan spiritual, yakni Tuhan Yang Maha Esa sebagai perwujudan nalar (akal dan pikiran) manusia dalam menemukan titik pusat ketuhanan (God Spot) sang pencipta.

    Manusia sebagai makhluk sosial sering disebut Zoon Politicon, yaitu pada dasarnya ingin bergaul dengan sesama manusia lainnya (Aristoteles, 384-322 M)
a. Status sebagai makhluk sosial, telah melekat pada setiapa manusia yang sejak lahir hingga meninggal dunia tidak akan mampu hidup sendirian dan akan selalu membutuhkan bantuan orang lain.
b. Adanya potensi dasar kemanusiaan (sifat kasih sayang, kerja sama, ingin dihormati, dan sebagainya) merupakan potensi dasar manusia dalam mengembangkan pergaulan sosial yang lebih luas, yakni dengan keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan dunia.

2.Bangsa
a) Pengertian Bangsa
     Dalam memahami pengertian sebuah bangsa, telah banyak upaya yang di lakukan oleh para ahli dibidangnya. Apa arti bangsa, sebagian ahli berpendapat bahwa bangsa itu mirip dengan komunitas etnik, meskipun tidak sama. Bangsa adalah suatu komunitas etnik yang ciri-cirinya adalah : memiliki warna, wilayah tertentu, mitos leluhur bersama, kenangan bersama, satu atau beberapa budaya yang sama dan solidaritas tertentu.
Dalam pengertian sosiologis, bangsa termasuk “kelompok paguyuban” yang secara kodrati ditakdirkan untuk hidup bersama dan senasib sepenanggunggan di dalam suatu negara
Berikut ini pendapat beberapa ahli kenegaraan ternama dalam mendefinisikan sebuah bangsa :
a. Hans Kons (Jerman)
    Bangsa adalah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan secara eksak.
b. Ernest Renan (Perancis)
   Bangsa adalah suatu nyawa, suatu akal yang terjadi dari dua hal, yaitu rakyat yang harus bersama-sama menjalankan satu riwayat, dan rakyat yang kemudian harus mempunyai kemauan atau keinginan hidup untuk menjadi    satu.
c. Otto Bauer (Jerman)
    Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai kesamaan karakter. Karakteristik tumbuh karena adanya kesamaan nasib.
d. F. Ratzel (Jerman)
   Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham geoolitik).
e. Jalobsen dan lipman

Bangsa adalah suatu kesatuan budaya (cultur unity) dan kesatuan politik (political unity).2
b) Unsur-unsur terbentuknya bangsa
1.Unsur Nasionalisme : Kesamaan keturunan
2.Wilayah
3.Bahasa
4.Adat istiadat
5.Perasaan
6.Agama


3.Negara
a) Pengertiaan Negara
     Secara etimologi, “ negara” berasal dari bahasa asing state (Belanda, jerman), atau state (Inggris). Kata saat maupun state berasal dari bahasa latin, yaitu status atau statum yang berarti “menempatkan dalam keadaan berdiri, membuat berdiri, dan menempatkan”. Kata status juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yan menunjukkan sifat atau keadaan tegak dan tetap. Sementara itu, Niccola Maciavelli memperkenalkan istila La Stato dalam bukunya “II Principe” yang mengartikan negara sebagai kekuasaan. Buku itu jua mengajarkan bagaimana seharusnya seorang raja memerintah dengan sebaik-baiknya.
     Kata “negara” yang lazim digunakan di indonesia berasal dari bahasa Sansekerta negari atau nagara, yang berarti wilayah, kota, atau penguasa. Pada masa Kerajaan Majapahit abad XIV, seperti tertulis dalam bukuNegara Kertagama karangan Mpu Prapanca (1365) digambarkan tentang pemerintahan Majapahit yang menghormati musyawarah, hubungan antar daerah, dan hubungan dengan negara-negara tetangga.
Berikut ini pengertian negara menurut beberapa pakar kenegaraan:
1. George Jellinek negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu
2. G.W.F. Hegel negara adalah organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.
3. Mr. Kranenburg negara adalah suatu organisasi yang timbul karena adanya kehendak dari sutu golongan atau bangsa.3

b)Unsur – unsur terbentuknya Negara
Unsur terbantuknya Negara dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu unsur konsitutif dan unsur deklaratif.
1. Unsur konsitutif adalah unsur yang mutlak harus ada di saat Negara tersebut didirikan seperti rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat.
2. Unsur deklaratif adalah unsur yang tidak harus ada disaat Negara tersebut berdiri tetapi boleh dipenuhi setelah Negara tersebut berdiri, misalnya pengakuan dari Negara lain



B. IDENTITAS NASIONAl
    1.Pengertian identitas nasional
       Identitas nasional secara termonologi adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Maka dari itu setiap bangsa didunia ini memiliki identitas sendiri sendiri sesuai dengan keunikan, sifat ciri-ciri serta karakter bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identits nasional yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.

Secara mendalam pengertian identitas nasional yaitu:
Identitas berasal dari bahasa inggris “identity”, yang berarti ciri, tanda, atau jati diri, yang melekat pada seseorng, kelompok atau sesuatu, yang membedakannya dengan yang lain. Nasional yaitu merujuk pada identitas bangsa dalam pengertian politik (political unity). Identitas nasional indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain salah satu diantaranya adalah adanya ideologi pancasila sebagai dasar filsafat, pandangan hidup kepribadian, dan dasar negara. Dalam pembentukan identitas nasional factor menjadi salah satu peran penting dalam terciptanya identitas nasional.

 Berikut ini merupakan factor-factor yang membentuk identitaas nasional menurut Srijanti (2009:35)
1. Suku Bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak lahir) yang sama coraknya dengan golongn umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal dengan bangsa yang terdiri dari banyak suku bangsa     (lk. 300) dan setiap bangsa mempunyai adat istiadat. Tidak dengan kelakuan dan normal yang berbeda-beda, akan tetapi terinterasi dalam suatu negara indonesia
2. Kebudayaan,yang menurut ilmu sosiologi termasuk didalamnya adalah ilmu pengetahuan, teknologi, bahasa, kesenian, mata pencarian, peralatan/perkakas,  sistem kepercayaan, adat istiadat, dll. Kebudayaan sebagai         paramater identitas nasional harus  yang merupakan milik bersama.
3. Bahasa, yang merupakan keistimewaaan manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
4. Kondisi geografis, yang menunjukkaan lokasi negara dalam kerangka ruang, tempat dan waktu, sehingga menjadi jelas batas-batas wilayah di suatu negara dimuka bumi ini.






                                                                    BAB                                                                                                                                                                    PENUTUPAN

a) KESIMPULAN
   1. Pengertian bangsa: sebagian ahli berpendapat bahwa bangsa itu mirip dengan komunitas etnik, meskipun tidak sama. Bangsa adalah suatu komunitas etnik yang ciri-cirinya adalah : memiliki warga, wilayah tertentu, mitos leluhur bersama, kenangan bersama, satu atau beberapa budaya yang sama dan solidaritas tertentu. Dalam pengertian sosiologis, bangsa termasuk “kelompok paguyuban” yang secara kodrati ditakdirkan untuk hidup     bersama dan senasib sepenanggunggan di dalam suatu negara.
   2. Pengertian negara: Secara etimologi, “ negara” berasal dari bahasa asing state (Belanda, jerman), atau state (Inggris). Kata saat maupun state berasal dari bahasa latin, yaitu status atau statum yang berarti “menempatka dalam keadaan berdiri, membuat berdiri, dan menempatkan”. Kata status juga dapat diartikan sebaai suatu keadaan yan menunjukan sifat atau keadaan tegak dan tetap.
   3. Identitas nasional secara termonologi adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Maka dari itu setiap bangsa didunia ini memiliki identitas sendiri sendiri sesuai dengan keunikan, sifat ciri-ciri seta karakter bangsa tersebut. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.

b)SARAN
   Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil manfaat tentang pentingnya identitas nasional bagi bangsa dan negara indonesia dan diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyakat sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara dapat berjalan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA
Supranto,dkk.2007.Pendidikan Kewarganegaraan SMA/MA 1.Jakarta: PT Bumi Aksara
Budiyanto.2004.Kewarganegaraan.Jakarta: Erlangga
Kaelan,M.S.2008.Pendidikan Pancasila,yogyakarta: PARADIGMA media.Halm 103
.(HTTP.///Wartawarga.gunadarma.ac.id/2015/05/identitas-nasionl-3)






Diposkan oleh: Wulantika PBA unhasy
Makalah oleh kelompok 4

SELAMAT BELAJAR....... KEEP FIGHTING!!!









Minggu, 04 Oktober 2015

Pengerian imla' ,manfaat dan macam-macamnya


BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar belakang
                  Huruf atau tulisan adalah salah satu sarana untuk menyatakan kehendak, cipta dan rasa. Ketika orang orang belum mengenal alat-alat komunikasi modern seperti telepon, internet, dan lainnya mereka telah terlebih dahulu mengenal huruf. Allah memang membekali manusia dengan kemampuan berkomunikasi. Komunikasi lisan, tulisan, dan isyarat. Semuanya merupakan sarana untuk mengapresiasikan kebutuhan hidup manusia.
                   Pada awalnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau isyarat. Namun, ada banyak hal yang ternyata sulit di komunikasikan dengan dua cara tersebut, dan membutuhkan cara ketiga yaitu tulisan. Dari sini muncul kebutuhan akan tulisan . Tulisan tidak serta merta tersusun dari huruf-huruf seperti saat ini. Begitu pula dengan huruf hijaiyah yang telah mengalami perkembangan,sehingga kita sebagai umat islam harus mengerti cara penulisan huruf hijaiyah itu sendiri.
2.    Rumasan masalah
1.    Apa pengengertian imla’?
2.    Apa tujuan imla’?
3.    Apa faedah imla’?
4.    Bagaimana macam-macam imla’?
3.    Tujuan
1.    Menjelaskan apa itu imla’
2.    Mengetahui tujuan, faedah, dan macam-macam imla’


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Imla’
      Imla’ merupakan bagian dari maharah al-kitabah. Maharah al-kitabah atau keterampilan menulis Arab sendiri mencakup tiga muatan dasar. Pertama, maharah al-tahajji bi thariqatin salimatin,  keterampilan menyalin huruf secara benar. Kedua, maharah wadh’i alamata al-tarqim fi mawadhi’iha keterampilan meletakkan tanda baca yang benar. Ketiga, maharah al-rasmi al-wadhih al-jamil li al-huruf wa al-kalimat, yaitu keterampilan menulis indah atau seni kaligrafi.
             Maharah al-tahajji bi thariqatin salimatin atau keterampilan menyalin huruf hijaiyah secara benar itu sendiri mencakup dua hal:
1)    Kemampuan mengucapkan huruf-huruf hijaiyah baik dalam bentuk tunggal, kata, atau kalimat secara benar.
2)    Kemampuan menulis huruf-huruf hijaiyah baik dalam bentuk tunggal, kata, atau kalimat secara benar.
Sedangkan keterampilan meletakkan tanda baca  adalah kemampuan meletakkan tanda baca yang berupa titik satu, titik dua berbentuk vertikal, tanda seru, tanda tanya, koma, dan lainnya, tidak hanya pada menulis  tetapi juga ketika membacanya.
Muatan pertama dan kedua itulah yang menjadi obyek kajian sekaligus landasan definitif imla’. Dari sini dapat ditarik sebuah kesimpulan sederhana, bahwa imla’ adalah kajian tentang teori-teori menulis dan melafalkan huruf hijaiyah secara benar dalam bentuk tunggal, kata, atau kalimat dan teori-teori tentang tanda baca sekaligus aplikasi dalam teks.
       Menurut Doktor Ahmad Madkur, imla’ tidak hanya berkaitan dengan sekumpulan teori huruf hijaiyah dan tanda baca, tetapi juga merambah pada tataran praktis bagaimana seorang guru membacakan teks-teks bacaan yang sederhana sampai yang sulit yang memuat teori-teori imla’ kepada siswanya  untuk mengukur tingkat kemampuan mereka dalam menguasai teori-teori tersebut secara praktis. Bagaimana guru mengidentifikasi al-musykilat al-imlaiyyah (permasalahan-permasalahan imla’) yang dialami siswa dan memberikan jalan keluar yang tepat.
      Menurut Umar Sulaiman Muhammad, terminology imla’ tidak dapat dipisahkan dari dua unsur. Mumlin (orang/guru yang mengimla’ atau mendikte) dan mumlan ‘alaih (orang/siswa yang diimla’ atau  menerima imla’). Karena dua unsur ini kemudian muncul pengertian  bahwa imla’ adalah membacakan teks bacaan kepada siswa, kata demi kata atau kalimat demi kalimat dan meminta siswa untuk menulisnya.



A.    Tujuan Mempelajari Imla’
      Tujuan imla’ meliputi tujuan langsung dan tidak langsung. Tujuan langsung imla’ adalah mampu menulis huruf-huruf hijaiyah dalam bentuk tunggal, kata atau kalimat secara tepat dan cepat.
       Tujuan tidak langsung meliputi:
1)    al-hadaf al-lughawi (kebahasaan, yaitu membekali siswa dengan keterampilan berpikir cepat, pengetahuan akan makna, karekter huruf, struktur dan gaya bahasa yang baru.
2)    al-hadaf al-‘udhwi (fisik), memperkuat dan mempertajam indra pendengaran dan pengelihatan, sebab kuatnya hubungan sensor motorik dua indra tersebut yang kemudian memobilisasi otak agar menggerakkan tangan untuk menulis.
3)    al-hadaf al-khuluqi (sikap), membiasakan siswa bersikap, tertib, teliti, cermat dan mempunyai respon cepat terhadap panggilan, dan membiasakan mereka bersabar dan menjadi pendengar setia selama guru mendikte (imla’).
    
 Dalam bidang studi imla’, siswa diantarkan pada peningkatan dan pengembangan tiga aspek:

1)    Kognitif, melalui imla’, siswa dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman tentang teori-teori penulisan huruf Arab dan karakteristiknya, semisal apa itu hamzah, macam-macam hamzah, bentuk-bentuk penulisan hamzah, dan sebagainya.

2)    Afektif, berangkat dari pengetahuan dan pemahaman yang benar dan mendalam terhadap teori-teori tersebut, diharapkan siswa mampu menulis dan melafalkan huruf-huruf Arab dengan benar, baik dalam bentuk kata, kalimat atau paragraf. Siswa juga mampu mengenali penulisan huruf yang salah yang ada dalam sebuah teks bacaan sekaligus mampu membenarkannya. Di sisi lain, siswa di tradisikan untuk teliti dan cermat.

3)    Psikomotor, aspek motorik dalam pembelajaran imla’ sangat dominan. Siswa diarahkan untuk menggunakan indra pendengaran (telinga), penglihatan (mata), pengucap (mulut), dan jari-jarinya dengan semaksimal mungkin. Siswa dilatih untuk dapat berkonsentrasi secara baik ketika menghadapi teks-teks bacaan dan qawaidnya, saat dia membaca dengan suara atau tanpa suara, atau ketika mendengarkan penjelasan guru atau teks-teks bacaan yang didiktekan,begitu pula saat siswa menulisnya.

Imla’ tidak hanya membekali siswa dengan teori menulis secara cepat dan benar, tetapi juga melatih mereka untuk menguasai dan terampil mengaplikasikan teori-teori imla’ tersebut dalam praktik penulisan Arab sehari-hari. Setelah mempelajari imla’, siswa diharapkan mampu membedakan penulisan kata, kalimat atau paragraf yang salah, mengetahui sebab-sebabnya dan selanjutnya mampu membenarkan kesalahan-kesalahan tersebut. 



B.    Faidah Mempelajari Imla’
 Mempelajari imla’ sama halnya dengan mempelajari ilmu-ilmu lainnya, tidak terlepas dari nilai-nilai manfaat yang tidak sedikit. Mempelajari imla’ akan menghindarkan seseorang dari kesalahan dalam menulis dan mengantarkan seseorang kepada pengetahuan yang lebih baik dalam menulis, sebab tulisan merupakan pengganti mutakallim (pembicara) dalam mengungkapkan ide-ide, suara hati dan sebagainya dalam bahasa tulis. Sehingga ia menduduki posisi yang sama pentingnya dengan ucapan.
           Kesalahan dalam menulis terkadang berakibat fatal. Ketika sahabat Umar menerima surat Abu Musa Al-Asy’ari yang waktu itu menjadi gubernur Basrah, ia mengirimkan balasan yang isinya, “ ... amma ba’du. Hendaklah kamu ( Abu Musa) mencambuk sekretarismu karena ia telah salah dalam menulis...”. Andaikan kesalahan tulisan sekretaris Abu Musa tidak berakibat fatal niscaya sahabat Umar tidak akan akan mengintruksikan kepada Abu Musa untuk mencambuk sekretarisnya agar selanjutnya lebih hati-hati dalam menulis surat-surat penting . Imla’ mempunyai kelebihan di banding ilmu-ilmu lain. Sebab imla’ dibutuhkan hampir semua disiplin ilmu. Karena penyusunan ilmu-imu tersebut berdasarkan tulisan yang tersusun dari sekian banyak huruf.
C.    Macam-macam Imla’
           Ada 4 (empat) macam jenis imla’ yang bisa diterapkan pada seseorang sesuai dengan tahap kognitifnya, yaitu:
1.    Imla’ manqul: siswa menyalin teks bacaan atau kalimat yang ada di kitab atau tulisan guru di papan ke dalam buku tulis. Imla’ jenis ini untuk tingkat pemula, dimana mereka lebih ditekankan untuk cermat dan teliti saat membaca tulisan dan menyalinnya.

2.    Imla’mandhur: siswa melihat dan mempelajari teks bacaan atau kalimat yang ada di kitab atau di papan tulis, lalu menutup kitab atau yang ada di papan tulis. Selanjutnya guru mendiktekan tek bacaan atau kalimat yang sama. Imla’ mandhur tidak hanya menuntut siswa lebih cermat dan teliti saat membaca, tapi juga harus mengingat bentuk tulisannya dan berkonsentrasi dengan guru. Mata, telinga dan kekuatan daya ingat harus saling mendukung. Imla’ mandhur diterapkan dikelas menengah.

3.    Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’): siswa menulis teks bacaan atau kalimat yang dibacakan guru tanpa melihatnya terlebih dahulu (seperti pada metode ke dua). Metode ini untuk tahapan lebih tinggi, di mana siswa telah menguasai dengan baik teori-teori imla’ yang telah diajarkan. Ketika siswa mendengarkan bacaan guru, siswa mendeskripsikan (dalam benak) bentuk tulisannya sesuai dengan teori-teori yang ada di memori otaknya, lalu menuliskannya dengan cepat.

4.    Imla’ ikhtibari: Adalah bentuk imla’ yang diberikan kepada siswa yang telah menguasai dan memahami dengan baik teori-teori imla’ ikhtibari lebih banyak muatan praktik dari pada muatan teori.


BAB III
Kesimpulan


Alhamdulillah dengan selesainya pembahasan mengenai imla’ di atas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1.imla’ adalah membacakan teks bacaan kepada siswa, kata demi kata atau kalimat demi kalimat dan meminta siswa untuk menulisnya.
2. al-hadaf al-lughawi, al-hadaf al-‘udhwi, al-hadaf al-khuluqi, adalah tujuan dari imla’
3. Mempelajari imla’ akan menghindarkan seseorang dari kesalahan dalam menulis dan mengantarkan seseorang kepada pengetahuan yang lebih baik dalam menulis, sebab tulisan merupakan pengganti mutakallim (pembicara) dalam mengungkapkan ide-ide, suara hati dan sebagainya dalam bahasa tulis. Sehingga ia menduduki posisi yang sama pentingnya dengan ucapan.
4.Adapun macam-macam imla’ adalah,Imla’ manqul, Imla’mandhur, Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’), Imla’ ikhtibari


Daftar Pustaka:
1.    Ahmad Madhkur, Tadris Funun al-lughah al-Arabiyah (Maktabah al-Falah, Kuwait, 1984),
2.    Umar Sulaiman Ismail,  Al-Imla’ al-Wadlifi li al-Mustawa al-Mutawasshith ( Jami’atu al-Malik Sa’ud, 1991),
3.    Nashif Yumayyin, Al-Mu’jam al-Mufashal fi al-Imla’ Qawaiduhu wa Nusushuhu (Dar Kutub al-Ilmiyah, Beirut, 1992),




heru irawan effendy

cara menulis arab dalam blog

cara nya cukup simple dengan mengcopy kata di bawah in 


<div style="font-family: 'traditional arabic'; font-size: 23px; text-align: center;"><b>..............................................................................................
</b></div>


dan kemudian menaruhnya di dalam versi  html, bukan compose , jadi ubahlah dulu sistem pengetikannya ke kompos , kemudian kau tuliskan tulisan arab  di word , kemudian copy kalimat tersebut untuk menggantikan titik-titik itu.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Perkembangan Pikiran Manusia

Bab I
Pendahuluan

1.    Latarbelakang

Ilmu filsafat yang merupakan hasil dari kebutuhan manusia dalam mencari kebenaran dalam menjalani hidup ini merupakan sesuatu yang sangat fundemental di dalam ilmu pengetahuan, karena filsafat sendiri merupakan hasil dari pemikiran manusia yang didasari oleh rasa kebutuhan dalam menemukan sebuah kebenaran, walaupun ilmu ini di tradisikan oleh pemikir barat dewasa ini, namun tidak ada salahnya kita mengambil segi-segi positifnya, dan membuang sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita ulangi, sebagaimana yang di lakukan oleh ‘ulama islam terdahulu seperti ibnu rusydi ,ibnu sina, imam ghozali dan lain sebagainya. Mereka mampu menguasai ilmu filsafat sekaligus memfilter pemikiran-pemikiran negatif para filosof barat.
Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat barat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak pemikiran yang dominan pada waktu itu.
Pertama, adalah zaman yunani kuno, ciri yang menonjol dari filsafat yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris.
Kedua, adalah zaman abad pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya.
Ketiga, adalah zaman abad modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut antroposentris. Filsafat barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan filsafat abad pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada abad pertengahan otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun seperti agama dan gerejanya serta raja dan kekuasan politiknya, kecuali
 keempat, adalah abad kontemporer dengan ciri pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskursus filsafat.
Kemudian para filsuf menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Dari beberapa banyak aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat rasionalisme,emperisme, critisme, dan verifikatif .  Di antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pa¬s dengan persoalan yang sedang kita hadapi.





B.rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat kami rumuskan masalah sebagai berikut :
1.Apa pengertian dari rasionalisme,emperisme, critisme, dan verifikatif ?
2.siapa saja yang berperan dan paling berperan dalam aliran-aliran filsafat ?
3.bagaimana pemahaman jenis-jenis dari masing-masing aliran filsafat tersebut ?

C.tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian pemahaman dari aliran-aliran tersebut diatas
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam aliran-    
Aliran dalam filsafat. 

Bab II
Pembahasan

A.rasionalisme

    Rasionalisme adalah faham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpentinguntuk memperoleh pengetahuan . menurut Aliran ini berpendapat bahwa sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah dengan berfikir , dalam pembahasan suatu teori pengetahuan ini, maka rasionalisme menempati sebuah tempat yang sangat penting. Paham ini dikaitkan dengan kaum rasionalis abad ke-17 dan ke-18, tokoh-tokohnya ialah rene descartes, spinoza, leibzniz, dan wolff, meskipun pada hakikatnya akar pemikiran mereka dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik misalnya plato, aristoteles, dan lainnya.
Paham ini beranggapan, ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu, yang diakui benar oleh rasio manusia. Dari prinsip-prinsip ini diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat tentang dunia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini.
Penerapan kaidah-kaidah berfikir yang benar telah menghantarkan para filosof (pecinta kebijaksanaan) besar pada keyakinan yang pasti akan keberadaan tuhan.
Jelas penerapan logika bagi mereka tidak menentang agama. Malah sebaliknya, me-real-kan agama sampai ke seluruh pori-pori rohaninya yang mungkin. Atau dengan kata lain, mencapai hakikat.
Dalam dialog terakhir socrates, digambarkan betapa figur filsuf ini mati tersenyum setelah menyebut nama tuhan sebelum akhir hayatnya alih-alih logika menentang agama, malah logika adalah kendaraan “super-executive” untuk mencapai hakikat kebenaran spiritual. Dan sekali lagi alih-alih logika menentang agama, tanpa logika agama tak-kan dapat terpahami.
Dalam karya descartes ,ia menjelaskan pencarian kebenaran melalui metode keragu-raguan,karyanya yang berjudl A Discourse on Methode  mengemukakan perlunys memperhatikan empat hal berikut :
1.Kebenaran baru-baru benar sahih jika telah benar-benar indrawi.
2.Pecahkanlah setiap kesulitan itu sebanyak mungkin , hingga tak ada satupun keragaun yang bisa merobohkannya
3.Menyusun pikiran dengan teratur mulai dari yang sederhana sampai ke sesuatu yang rumit dan kompleks.
4.Dalam memeriksa hal yang sulit ,selamanya harus di buat pertimbangan yang menyeluruh ,sehingga bekeyakinan bahwa tak ada satupun yang ketinggalan dalam penjelajahannya itu.
Adapun hal yang paling fundemental  dalam mencari kebenaran adalah senantiasa merujuk pada prinsip cogito ergo sum. Hal tersebut di sebabkan bahwa kebenaran dalam diri sendiri lebih memungkinkan terjaga, dalam diri ada tiga ide bawaan sejak lahir yaitu :
1. Pemikiran, sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk berfikir, harus di yakini juga bahwa pemikiran adalah hakikat saya.

2.Allah sebagai wujud yang sama sekali sempurna . karena saya mempunyai ide sempurna ,mesti ada penyebab sempurna untuk ide itu karena ada akibat tidak bisa melebihi penyebabnya, wujud yang sempurna itu tidak lain adalah Allah.

3.Keluasan .materi sebagai keluasan atau ekstensi, sebagaiman hal itu di pelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.

Untuk menjajaki sebuah hal yang di anggap benar descartes mengandalkan metode keraguan, dan keraguan ini bukanlah sebuah tujuan, tujuan metode ini adalah bergerak dari keraguan menuju kepastian, keraguan yang ia pekai hanya untuk menjelaskan sesuatu yang dapat di ragukan dari sesuatu yang tidak dapat di ragukan.
tokoh-tokoh rasionalisme adalah :
1. Rene descartes (1596 -1650)
2. Nicholas malerbranche (1638 -1775)
3. B. De spinoza (1632 -1677 m)
4. G.w.leibniz (1946-1716)
5. Christian wolff (1679 -1754)
6. Blaise pascal (1623 -1662 m)


B. Empirisme

Empirisme adalah salah satu aliran dalam filasuf yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri, dan  mengecilkah peranan akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani, empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Filsafat empirisme tentang teori makna amat berdekatan dengan aliran positivisme logis (logical positivisme) dan filsafat ludwig wittgenstein. Akan tetapi teori makna dari empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. Oleh karena itu, bagi orang empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran. Materi sebagai gelombang pengalaman kesadaran. Materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat diindera, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.
Teori yang kedua yaitu teori pengetahuan. Menurut orang rasionalis ada bebreapa kebenaran umum. Seperti setiap kejadian tentu mempunyai sebab, dasar-dasar matematika dan beberapa prinsip dasar etika, dan kebenaran-kebenaran itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat intuisi rasional. Empirisme menolah pendapat itu. Tidak ada kemampuan intuisi rasional, semua kebenaran yang disebut tdai adalah kebenaran yang diperoleh lewat obeservasi jadi ia kebenaran a poseriori.
Sementara menurutDavid Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu:
kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sementara gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan bisa diartikan dengan cerminan dari kesan. Contohnya, jika saya melihat sebuah “rumah”, maka punya kesan tertentu tentang apa yang saya lihat (rumah), jika saya memikirkan sebuah rumah maka pada saat itu saya sedang memanggil suatu gagasan. Menurut hume jika sesorang akan diberi gagasan tentang “apel” maka terlebih dahulu ia harus punya kesan tentang “apel” atau ia harus terlebih dahulu mengenal objek “apel”. Jadi menurut hume jika seandainya manusia itu tidak memiliki alat untuk menemukan pengalaman itu buta dan tuli misalnya, maka manusia itu tidak akan dapat memperoleh kesan bahkan gagasan sekalipun. Dalam artian ia tidak bisa memperoleh ilmu pengetahuan.



Tokoh-tokoh imperialisme:

1.Francis bacon (1210-1292 m)
Menurut francis bacon bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah pengetahuan yang diterima orang melalui persentuah inderawi dengan dunia fakta. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan yang sejati.
2.Thomas hobbes (1588-1679 m)
Menurut thomas hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yangyang dapat disentuh dengan inderalah yang merupakan kebenaran. Pengetahuan interlektual (rasio) tidak lain hanyalah merupakan penggabungan data-data inderawi belaka
3.John locke (1632-1704 m)
Ia adalah filosuf inggris yang banyak mempelajarai agama kristen. Filsafat locke dapat dikatakan anti metafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh descartes, tetapi ia menolak intuisi yang digunakan oleh descaretes. Ia juga menolak metoda deduktif descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman; jadi, induksi. Bahkan locke menolak juga akal (reason). Ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi

C. Kritisisme

Pendirian aliran rasionalisme dan emperisme sangat bertolak belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasiolah sumber pengalan/pengetahuan, sedang empirisme sebaliknya berpendirian bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber tersebut.
Imanuel kant (1724-1804 m) berusaha mengadakan penyelesaian atas pertikaian itu dengan filsafatnya yang dinamakan kritisisme (aliran yang krisis). Untuk itulah ia menulis 3 buku yang berjudul :
•  kritik der rainen vernuft ( kritik atas rasio murni)
•  kritik der urteilskraft ( kritik atas dasar pertimbangan)
•  kritik rasio praktis
Menurut kant dalam pengenalan inderawi selalu sudah ada 2 bentuk apriori, yaitu ruang dan waktu. Kedua-duanya berakar dalam struktur subyek sendiri. Memang ada suatu realitas terlepas dari subyek yang mengindera, tetapi realitas (das ding an sich = benda dalam dirinya) tidak pernah dikenalinya. Kita hanya mengenal gejala-gejala yang merupakan sintesa antara hal-hal yang datang dari luas (aposteriori) dengan bentuk ruang dan waktu (apriori)

    Oleh karna itu kritisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak, yang kemudian menimbulkan tiga pandangan, yaitu:
1.Bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan objek
2.Pengenalan manusia atas sesuatu, itu di peroleh atas dasar apriori (berasal dari rasio)
3.Menegaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu di peroleh atasperpaduanantara unsur apriori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari penglaman yang berupa materi ( juhaya s. Pradja,1779:76-77)

        Dengan kritisme yang di ciptakan oleh immanuel kant, hubungan antara akal dan pengalaman menjadi harmonis sehingga pengetahuan tidak lagi hanya dengan apriorinya saja, tetapi juga aposteriori bukan hanya rasio tapi juga , melainkan juga dengan indrawi.
Kritisme Immanuel kant sebenarnya telah memadukan dua pendekatan dalam mencari sebuah kebenaran sesuatu yang juga tentang kebenaran subtanstial dari sesuatu itu, kant seoalah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak menemukan kebenaran , begitu juga pengalaman , karna tidak semua pengalaman benar-benar nyata dan rasional, sebagai mana mimpi yang nyata ,tetapi tidak real , yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran.
    Dengan pemahaman tersebut, seharusnya rasionalisme dan empirisme harusnya bergabung agar melahirkan suatu pradigma baru bahwa kebenaran yang empiris harus rasional ,sebagimana kebenaran rasional harus empiris.

D.  Verifikatif

Verifikasi berasal dari bahasa inggris, yakni ‘verification’, yang artinya pemeriksaan tentang suatu kebenaran atas laporan, pernyataan, dan lain-lain. Verifikasi merupakan salah satu cara pengujian hipotesis yang tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi, dan hukum-hukum. Verifikasi adalah pandangan yang dikembangkan oleh neo-positivisme atau yang di kenal positivisme logis. Pandangan ini dipengaruhi oleh auguste comte (1798-1857) tentang pengetahuan yang berlandaskan pada pendekatan logis dan pasti ( positif). Aliran ini berpendapat bahwa :

•    sumber pengetahuan terletak pada pengalaman yang berasal dari panca indra (empiris).
•    dengan adanya logika dan matematika, dapat digunakan sebagai pengolah suatu data empiris.
•    adanya demarkasi ( garis batas) antara pernyataan yang bermakna dan yang tidak bermakna.
•    menolak metafisika yang menggunakan ungkapan atau pernyataan bahasa yang tidak bermakna.
•    filsafat ilmu pengetahuan dipandang sebagai logika ilmu yang di susun berdasarkan analogi logika formal (diarahkan pada forma atau bentuk) dan pernyataan-pernyataan yang logis.

Menurut moritz sclick, verifikasi merupakan pengamatan empiris secara langsung, artinya pernyataan yang di ambil langsung dari objek yng di amati itulah yang benar-benar mengandung makna. Oleh karenanya, pengetahuan di mulai dari suatu pengamatan peristiwa. Dalam hal ini alfred jules ayer menegaskan bahwa verifikasi merupakan suatu cara untuk merumuskan suatu proposisi (pernyataan) jika pernyataan yang diungkapkan itu dapat di analisis atau dapat di verifikasi secara empiris.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya verifikasi di gunakan untuk mencari garis pemisah antara pernyataan yang bermakna (meaningful) dan yang tidak bermakna (meaningless). Artinya, jika suatu pernyataan dapat di verifikasi, maka pernyataan tersebut adalah bermakna, sebaliknya jika suatu pernyataan tidak dapat diverifikasi, maka pernyataan tersebut tidak bermakana. Dalam hal ini, prinsip dasar verifikasi ialah terletak pada proposisinya (suatu pernyataan). Suatu proposisi dinyatakan bermakna jika dapat diuji dengan pengalaman (empiris) dan dapat diverifikasi dengan pengamatan (observasi).
Pandangan verifikasi menolak atas metafisika. Karena metafisika di anggap tidak bermakna sebab metafisika mengandung proposisi yang tidak dapat di verifikasi. Menurut rudolf carnap (1891-1970), metafisika merupakan proposisi yang “pseudo-statements”, yakni suatu proposisi (pernyataan) yang melanggar aturan-aturan sintaksis logika dari pembuktian empiris. Oleh karenanya, pernyataan metafisis harus ditolak, karena metafisis bertentangan dengan kriteria empiris.
Verifikatif; bahwa ilmu mengandung kebenaran-kebenaran yang terbuka untuk diperiksa atau diuji (diverifikasi) guna dapat dinyatakan sah (valid) dan disampaikan kepada orang lain. Kemungkinan diperiksa kebenaran (verifikasi) dimaksud lah yang menjadi ciri pokok ilmu yang terakhir. Pengetahuan, agar dapat diakui kebenarannya sebagai ilmu, harus terbuka untuk diuji atau diverifikasi dari berbagai sudut telaah yang berlainan dan akhirnya diakui benar. Ciri verifikasif ilmu sekaligus mengandung pengertian bahwa ilmu senantiasa mengarah pada tercapainya kebenaran. Ilmu dikembangkan oleh manusia untuk menemukan suatu nilai luhur dalam kehidupan manusia yang disebut kebenaran ilmiah. Kebenaran tersebut dapat berupa azas-azas atau kaidah-kaidah yang berlaku umum atau universal mengenai pokok keilmuan yang bersangkutan. Melalui itu, manusia berharap dapat membuat ramalan tentang peristiwa mendatang dan menerangkan atau menguasai alam sekelilingnya. Contohnya, sebelum ada ilmu maka orang sulit mengerti dan meramalkan, serta menguasai gejala atau peristiwa-peristiwa alam, seperti; hujan, banjir, gunung meletus, dan sebagainya. Orang, karena itu, lari kepada tahyul atau mitos yang gaib. Namun, demikian, setelah adanya ilmu, seperti; vulkanologi, geografi, fisis, dan kimia maka dapat menjelaskan secara tepat dan cermat bermacam-macam peristiwa tersebut serta meramalkan hal-hal yang akan terjadi kemudian, dan dengan demikian dapat menguasainya untuk kemanfaatan diri atau lingkungannya. Berdasarkan kenyataan itu lah, orang cenderung mengartikan ilmu sebagai seperangkat pengetahuan yang teratur dan telah disahkan secara baik, yang dirumuskan untuk maksud menemukan kebenaran-kebenaran umum, serta tujuan penguasaan, dalam arti menguasai kebenaran-kebenaran ilmu demi kepentingan pribadi atau masyarakat, dan alam lingkungan.

Bab III
Penutup

A. Kesimpulan

Rasionalisme merupakan aliran falsafah yang berpandangan bahwa dasar dan sumber pengetahuan, atau secara umum falsafah, adalah akal atau rasio. Adalah akal, yang bisa dijadikan dasar sekaligus sumber pengetahuan, sehingga berhasil memperoleh pengetahuan yang tetap dan pasti, serta absolut dan universal.
Sebagai sebuah epistemologi, rasionalisme menggunakan aksioma-aksioma, pengertian-pengertian atau prinsip-prinsip umum rasional yang bersifat a-priori, sebagai basis pengetahuan sekaligus sebagai sumber. Apa yang bersesuaian dengan prinsip- prinsip dimaksud ini, dan segala hal yang dapat dideduksikan dari prinsip-prinsip tersebut, itulah pengetahuan bagi kalangan rasionalisme. Sesuatu yang tidak dideduksikan dari prinsip-prinsip a-priori, atau tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, itu bukanlah pengetahuan, ia hanyalah sekedar opini.
Rasionalisme  keberpihakannya hanya terhadap akal atau rasio, rasionalisme pada akhirnya memang banyak menuai kritik. Tak lama sepeninggal rene descartes sang bapak kontinental rasionalisme, david hume (1711-1776) misalnya, telah mengkritik bahwa akal hanyalah sekedar budak daripada nafsu, yang tidak bisa tidak mengabdi kepada nafsu, pastinya selalu mengabdi.
Namun demikian, problem dan kritik atas rasionalisme tersebut, tentunya bukan berarti bahwa rasionalisme tidak mempunyai arti atau manfaat sama sekali. Sebaliknya, sebagai sebuah aliran falsafah sekaligus sebuah epistemologi, kiranya rasionalisme telah berjasa banyak bagi sejarah falsafah.# melalui bapak kontinentalnya, rasionalisme telah menjadi pintu utama bagi kelahiran falsafah babak modern, yang pada gilirannya telah berhasil melahirkan berbagai aliran-aliran falsafah lainnya, termasuk aliran yang menentangnya.
Empirisme adalah suatu paham yang menekankan pengalaman atau panca indera dalam sumber pemikirannya dan pengetahuannya. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang kongkret. Gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indera manusia. Gejala itu kalau kita telaah lebih lanjut mempunyai beberapa karakteristik tertentu, umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu. Suatu benda padat kalau dipanaskan akan memanjang. Langit mendung diikuti dengan turunnya hujan. Demikian seterusnya dimana pengamatan kita akan membuahkan pengetahuan mengenai berbagai gejala yang mengikuti pola-pola tertentu. Di samping itu, kita melihat adanya karakteristik lain yakni adanya persamaan dan pengulangan. Dengan mempergunakan metode-metode induktif maka dapat dapat disusun pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat individual.
Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris ini adalah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Suatu kumpulan mengenai fakta, atau kaitan antara berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu system pengetahuan yang sistematis.
Verifikasi merupakan salah satu cara pengujian hipotesis yang tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi, dan hukum-hukum. Pada dasarnya verifikasi di gunakan untuk mencari garis pemisah antara pernyataan yang bermakna (meaningful) dan yang tidak bermakna (meaningless). Verifikasi adalah pandangan yang dikembangkan oleh neo-positivisme atau yang di kenal positivisme logis yang mendapat pengaruh dari auguste comte (1798-1857).
Falsifikatif merupakan salah satu teori untuk menilai, menguji, dan membuktikan suatu kebenaran. Falsifikatif adalah sebuah model pengujian kebenaran yang menganggap jika kriteria kebenaran ilmiah dari sebuah teori harus dapat disalahkan, di sangkal, dan dapat di uji. Artinya, suatu teori atau hipotesa harus di buktikan kesalahannya, bukan untuk di buktikan kebenarannya. Jadi semakin besar kemungkinan teori itu untuk di sangkal, dan teori tersebut tetap bertahan, maka senakin kokoh pula kebenaran ayng terkandung dalam teori tersebut.

B. Saran
Suatu ilmu pengatahuan jika kita tidak mencarinya/menuntutnya, sudah jelas pasti tidak akan datang dengan sendirinya. Untuk itu tuntutlah ilmu itu. Dan kajilah sedalam-dalamnya.
“Allah mengangkat orang-orang beriman diantara kalian dan juga orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat.” (Al-Mujadalah:11)


Daftar pustaka

Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Baru 2. Yogyakarta : Kanisius
Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 1997. Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia
Atang, abdul hakim.Beni ahmad saebani . 2008. Filsafat umum. Bandung : pustaka setia
Juhaya S, Praja.2008. Aliran-aliran filsafat dan etika . Jakarta : Prenada media
   


daftar tanda-tanda pemaknaan kitab salaf

baca kitab
Add caption

baca kitab